Senin, 15 Februari 2021

Khalifah...

 

MEMAHAMI PRASYARAT KHALIFAH YANG BENAR

Khalifah adalah utusan ilahi yang akan ada bagi insan sepanjang masa, dari manusia diciptakan hingga akhir dunia ini.

Memahami arti khalifah secara umum senantiasa berkaitan dengan memiliki kekuasaan - berpolitik. Namun arti lainnya, Khalifah merupakan seorang pemimpin dalam agama ataupun sebuah organisasi yang mempunyai pengikut. 

Sangat menyedihkan melihat banyak penulis memaksakan karakteristik dan kualitas tertentu sebagai prasyarat menjadi seorang Khalifah. Mereka bermaksud menetapkan standar seragam yang harus dipenuhi oleh setiap calon Khalifah, jika tidak maka dianggap tak layak untuk jabatan itu.

Perlu dicatat bahwa beberapa penulis klasik telah memberlakukan persyaratan pengetahuan' tertentu, kemudian mencampurkan pemahaman kepemimpinan yang benar dengan kerajaan, seolah-olah keduanya sama. Penulis klasik lainnya tidak menetapkan pada pemaksaan prasyarat tetapi telah membuat perjanjian ilmiah, hanya menyoroti karakteristik umum. Kategori terakhir penulis akan menetapkan prasyarat yang tidak didasarkan pada penalaran independen melainkan diambil dari Kitab Allah Ta’ala dan Sunnah, prasyarat ini merupakan standar yang harus dijunjung oleh semua orang beriman. 

Ibn Taymiyyah dalam bukunya mengatakan,;

(1) Imam harus orang Quraisy,

(2) Dia harus diangkat dengan musyawarah Muslim, 

(3) Dia harus menerima sumpah setia dari Muslim, dan 

(4) Dia harus memiliki kualitas keadilan . 

Prasyarat di atas, pada umumnya, adalah kualitas standar, kecuali yang pertama, perlu dituntut akal sehat. Beberapa bahkan lebih jauh mengatakan bahwa dia harus merupakan keturunan langsung Nabi. Ada beberapa kesalahan dalam anggapan ini; pertama ini akan secara langsung bertentangan dengan perintah Al-Qur’an, 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Wahai umat manusia, Kami telah menciptakanmu dari laki-laki dan perempuan; Dan Kami telah menjadikan kalian suku dan sub suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu, di sisi Allah, dialah yang paling benar di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Mengetahui.” {QS Al-Hujarat, 49:1, 49:44}

Sesudah membahas masalah persaudaraan dalam Islam pada dua ayat sebelumnya, ayat ini meletakkan dasar persaudaraan maupun persamaan umat manusia. Ayat ini menumbangkan rasa-sikap lebih ungul semu lagi bodoh, yang lahir dari keangkuhan rasial atau kesombongan. Karena umat manusia sama-sama diciptakan dari jenis laki-laki dan perempuan, maka sebagai makhluk manusia, semua orang telah dinyatakan sama dalam pandangan Allah Ta’ala. Harga seseorang tidak dapat dinilai oleh warna kulitnya, jumlah harta miliknya, pangkatnya atau kedudukannya dalam masyarakat, keturunan atau asal-usulnya, melainkan dengan keagungan akhlaknya dan keturunan manusia, tidak lain hanya suatu keluarga belaka. Pembagian suku-suku bangsa,  bangsa-bangsa dan rumpun-rumpun bangsa dimaksudkan memberikan kepada mereka saling pengertian lebih baik, terhadap satu-sama lain agar mereka dapat saling mengambil manfaat dari kepribadian serta sifat-sifat baik bangsa-bangsa itu masing-masing. Pada peristiwa Haj terakhir di Mekkah. tidak lama sebelum Rasulullah saw wafat, beliau berkhutbah dihadapan sejumlah besar orang-orang Muslim dengan mengatakan “Wahai sekalian manusia! Tuhan-mu itu Esa dan bapak-bapakmu satu jua. Seorang orang Arab tidak mempunyai kelebihan kelebihan atas orang-orang non Arab. Seorang kulit putih sekali-kali tidak mempunyai kelebihan atas orang-orang berkulit merah, begitu pula sebaliknya, seorang kulit merah tidak mempunyai kelebihan apa pun di atas orang berkulit putih melainkan kelebihannya ialah sampai sejauh mana ia melaksanakan kewajibannya terhadap Tuhan dan manusia. Orang yang paling mulia di antara kamu sekalian pada pandangan Tuhan ialah yang paling bertakwa di antaramu” (Baihaqi).

Sabda agung ini menyimpulkan cita-cita paling luhur juga asas-asas paling kuat. Di tengah suatu masyarakat terpecah-belah dalam kelas-kelas yang berbeda itulah, Rasulullah saw. mengajarkan asa yang sangat demokratis. 

Pertanyaannya, Bagaimana mungkin paling terhormat diantara penghuni dunia hanya Orang Quraisy yang bisa mencapai status Khalifah. Lebih jauh lagi, bagaimana mungkin Allah Yang Maha Kuasa telah mengangkat nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw dari garis keturunan non-Quraisy tapi seorang Khalifah sekarang harus dari keturunan Quraisy?

MEMAHAMI PRASYARAT KHALIFAH YANG BENAR, telah dijabarkan oleh Allah Ta’ala dalam ayat Istikhlaf Surah AN-Nur, 24:56 di mana Allah Yang Maha Kuasa secara eksplisit mengatakan bahwa Dialah yang akan menetapkan Penerus di Bumi ini. Dalam ayat ini jelas menjadikan seorang khalifah adalah hak dan wewenang-Nya, mengapa karena hubungan antara Allah Yang Maha Kuasa dan Khalifah-Nya ada hubungan pribadi yang tidak dapat diganggu oleh siapa pun dengan prasyarat independen. 

Hadhrat Shah Wali menerangkan,; “Kehendak Tuhan turun dari atas langit ketujuh menyebarkan petunjuk kenabian diantara orang-orang, guna melindungi cahaya kenabian, membuatnya dominan, dan melaksanakan janji yang dibuat, menciptakan desakan di hati khalifah. Ada ribuan hatinya dipenuhi oleh ilham Ilahi, membantu agama nabi, tetapi khalifah ini ada diantara mereka (kaum Muslim). Pertama-tama, ilham Ilahi memasuki hati khalifah, kemudian mencapai hati orang lain. Inspirasi ini memasuki jantung khalifah melalui agen Nabi, kecuali itu tidak ada yang bisa menjadi khilafah khusus.”

Yang disorot disini bahwa jabatan Khalifah bukanlah kursi otoritas biasa tetapi membutuhkan pengangkatan inspirasi Tuhan. Posisinya tidak seperti peran duniawi lainnya; tidak ada rantai otoritas jelas mencapai status seorang Khalifah, tentunya tidak mungkin mencari deskripsi pekerjaan Khalifah di Google. 

Kalimat Nabi saw menggambarkan hal ini,; Rasululah saw bersabda, “Wahai Abdur-Rahman! Jangan berusaha menjadi penguasa, karena, jika kamu diberi otoritas memerintah tanpa kamu memintanya, maka Allah Ta’ala akan membantumu; tetapi jika Anda diberikan dengan permintaan Anda, maka Anda akan bertanggung jawab. 

Misi setiap Khalifah hanya dapat dipahami ketika ditempatkan dibawah keberhasilan bayang-bayang sepeninggal Nabi. Sebagai titik awal, keliru percaya bahwa dengan wafatnya seorang Nabi, misi kenabiannya selesai. Tujuan Khilafat adalah memelihara serta melanjutkan misi Nabi yang belum terwujud. Mengomentari ini Hadhrat Khalifatul Masih IV menulis,; “Khilafat merupakan penerus nabi berupa orang yang mewakili nabi yang telah meninggal…”

Lebih jauh lagi, Hadhrat Khalifatul Masih II menulis,; “Menurut hukum fisik alam, manusia hanya memiliki masa hidup yang terbatas, tetapi tugas pembaharuan dan pelatihan masyarakat membutuhkan waktu yang lebih lama. Jadi, Allah Ta’ala telah menetapkan sistem Khilafat setelah sistem kenabian. Khalifah melanjutkan dan menjalankan tugas Nabi. Benih yang ditanam Nabi dilindungi dan dipelihara oleh Khalifah hingga menjadi pohon kuat -kokoh. "

Khalifah saat ini Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba, dikenal dengan sebutan Khalifatul Masih karena kekhalifahanya meneruskan misi Hadhrat Masih Mau’ud as membawa umat menuju perdamaian dunia. Beliau menyampaikan Islam damai dalam pidato, khutbah jum’at maupun symposium dibelahan dunia. Dengan slogan indah nan istimewa Love For All Hatred For None, Cinta Untuk Semua Kebencian tidak untuk siapapun.  

#Khalifah, Mirza Masroor Ahmad.


Khalifah ialah.mm

 http://blongersuksesindonesia.blogspot.com/2021/02/memahami-prasyarat-khalifah-yang-benar.html