Rabu, 27 November 2013

cerita rakyat lombok



PENGHUNI PERTAMA PULAU LOMBOK DAN KISAH 3 RAJA DI LOMBOK TIMUR DALAM CERITA (DOYAN NADA)
 ARTIKEL  SOSIOLOGI SASTRA

PENGHUNI PERTAMA PULAU LOMBOK DAN KISAH 3 RAJA DI LOMBOK TIMUR
DALAM CERITA (DOYAN NADA)

Oleh :
Misbahul Anwar
E1c 110 136

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012

PENGHUNI PERTAMA PULAU LOMBOK DAN KISAH 3 RAJA DI LOMBOK TIMUR
DALAM CERITA (DOYAN NADA)
ABSTRAK
          Masalah yang akan di bahas dalam artikel ini yaitu:  1)  Bagaimana  awal hidupnya Manusia di Lombok dan kisah 3 raja di Lombok Timur dalam cerita rakyat Doyan Nada di Lombok dan 2) Bagaimna perjuangan ketiga raja sebelum menjadi seorang raja di daerah mereka masing-masing adapun tujuan pembuatan artikel ini adalah untuk mendapat gambaran  mengenai: 1. Peran dewi Anjani dalam cerita rakyat  Doyan Nada”  di Lombok Timur 2. Perjuanagan  Doyan Nada yang di dzalimi oleh bapaknya dan perjuangan Sigar Panjalin dan Tameng Muter dalam cerita rakyat  Doyan Nada”  di Lombok timur.
          Artikel ini di buat tampa penelitian yang sangat ketat yang sebagaimana biasanya harus dari penelitian yang membutuhkan waktu yang mukin sangat panjang sekali dan membutuhkan dana yang cukup besar dalalam mencari informan, untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana bentuk dan jenis cerita tersebut di mata rakyat, saya hanya menganalisis dari info yang saya denger di lingkungan saya sendiri yaitu di daerah sembalun bumbung Lombok timur Indonesia.  Info yang saya dapat dari beberapa tokoh adat di sembalun dan internet dan  Pengumpulan data di gunakan teknik  wawancara yang di ikuti dengan kegiatan pencatatan (dokumentasi).
          Hasil penelitian menunjukan bahwa kejahatan orang tua Doyan Nada, dan peran Dewi Anjani, dalam cerita rakyat  Doyan Nada  dapat diklafikasikan menjadi : 1) kekuatan Doyan Nada yang tiada banding dan 2) peran Dewi Anjani dalam meciptakan pulau Lombok 3) kejahatan kepala suku Lombok, yakitu bapak Doyan Nada 4) peran Tameng Muter, dan Sigar Panjalin yang ingin menjadi raja di pulau Lombok.
Kata Kunci :    
1.      Peran Dewi Anjani 
2.      kejahatan kepala suku pada anaknya
3.      Kekuatan Doyan Nada
4.     pran Tameng Muter dan Sigar Panjahitan





PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Kisah Doyan  Nada merupakan salah satu cerita rakyat yang cukup popular di daerah sembalun pada khususnya dan Lombok timur dan daerah Sasak ini pada umumnya, Di tengah-tengah perkembangan sastra indonesia  moderen, maka sastera daerah itu tidak boleh di pandang sebelah mata karena dalam sastera daerah tersebut mengandung makna tersendiri bagi masarakat pemiliknya,  khususnya masarakat Sasak, apalagi  keberadaan sastra daerah tersebut telah di bekukan bersama Cerita Rakyat daerah lain di seluruh wilayah nusantara (indonesia).  Dengan demikian cerita Doyan Nada bisa di apresiasikan dan di baca oleh orang lain di luar Lombok atau di dalam Lombok.
B.  Rumusan Masalah
        Sesuai dengan latar belakang masalah dan asumsi di atas maka masalah yang hendak di ungkap dalam artikel ini, yakitu
1.  Bagaimna  awal terbentuknya pulau Lombok dan kisah 3 raja di Lombok timur dalam cerita rakyat Doyan Nada di Lombok..?
2.  Bagaimana perjuangan ketiga raja sebelm menjadi seorang raja di daerah mereka masing-masing di Nusa Tengara Baret dalam cerita rakyat “Doyan Nada”  di Lombok.
C.  Tujuan
  Tujuan dalam pembuatan artikel ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai:
           Awal terbentuknya pulau Lombok dan kisah 3 raja di Lombok Timur dalam cerita rakyat “Doyan Nada”   di  Lombok.
D.  Mamfaat
Mamfaat dalam memebuat artikel ini adalah untuk mendapatkan penjelasan tentang:
                        I.          Mengungkapkan kebenaran dalam sejarah manusia di Lombok dalam cerita rakyat “Doyan Nada” di Lombok.
                     II.          Mengungkap kebenaran cerita yang selama ini jadi buah bibir di masarakat dalam cerita rakyat “Doyan  Nada” di Lombok.
                  III.          Mewujutkan peran aktif, melestarikan, mengembangkan, dan mengatulisasikan peran Dewi Anjani yang terkandung dalam cerita “Doyan Nada”  di Lombok kedalam kehidupan nyata.
                  IV.          Wujud perjuanagn Doyan Nada dan 2 temanya untuk menjadi raja di pulau Lombok ini dalam cerita rakyat “Doyan Nada ” di Lombok.
                     V.          Kejahatan seorang ayah kepada anaknya dalam cerita rakyat “Doyan Nada” di Lombok.



1.      TINJAUAN PUSTAKA
A.  Penelitian Terdahulu yang Relevan
Kegiatan setudi sastra lisan di Lombok (pada etnis sasak) telah di lakukan oleh beberapa dosen dan beberapa peneliti, dan membuat buku atau artikel di pulau Lombok ini, orang-orang tersebut iyalah: Mari’i (1997) mengenai Resepsi Masarakat  Lombok Terhadap Foklor Lisan Sasak Lelakaq: Sapiin (1996) berjudul Setruktur dan Fungsi Lelakaq (Pantun Sasak): Rohana dan Sudirman Wiliam (2000) mengenai fungsi dan tahayul sasak; Lalu Wacana  (1983) Nyle di Lombok;  Efendi dan Rohana (2004) aspek social dalam takhayul sasak.
Namun tentang artikel penghuni pertama pulau lombok dan kisah 3 raja di lombok Timur, mungkin akan menjadi pertama kali di tulis kedalam sebuah artilkel, memang sudah ada di buku Cerita Rakyat Nusantara namun tentang cerita Doyan Nada dan saya mengakat kisah tersebut menjadi artikel. Dan saya akan mengupas tentang seorang anak kepala suku di sebuah kampong yang sanagt kecil di atas perbukitan Lombok, yang sangat doyan sekali makan, namun dalam kesempatan ini saya akan membahas tentang beberapa hal yang mukin oranag-orang sangat jarang sekali tau, apalagi pada zaman teknologi cangih seperti ini dan saya memberinya judul penghuni pertama pulau lombok dan kisah 3 raja di lombok Timur.
B.   Aspek gener (Kekuatan Doyan Nada dan dewi anjani) dalam sastra
Jenis kesenian dan cerita rakyat yang ada di Lombok memnag beragam-ragam jenisnya dan berbagai macam ceritanya di tiap daerah yang ada di Lombok.  Sasak memiliki  cerita rakyat yang berbeda-beda seperti Lombok timur memiliki cerita tentang Doyan Nada seorang raja di Selaparang.
Sastra  lisan (khususnya di Lombok) yang telah di bukukan oleh M.B Rahimsyah dalam bentuk bunga ramapai bersama dalam satu buku dengan cerita rakyat Nusantara lainya dan diterbitkan oleh Geresida Prsess dengan judul Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara,  yang apabila dikaji dari aspek gender  maka di dalamnya jugak terkandung nilai Tiga Raja Lombok Timur dan Peran Dewi Anjani yang tercermin dalam kehidupan tokoh-tokoh utamanya. Pada buku tersebut, cerita suku sasak diwakili oleh cerita berjudul Kisah Cilinaya dan Doyan Nada yang dalam buku tersebut diceritakan kembali pada halamn 141-146 dan 153-154 sastra lisan Lombok yang telah di bukukan oleh M.B. dan dapat kita lihat bahwa cerita rakyat nusantara seperti yang sudah tertera di atas, tidak bisa  lagi untuk di kopy past, apalagi untuk menjadi pencipta cerita tersebut atau untuk di miliki daerah lain seperti Malasiya yang suka mengaku-ngaku kebudayaan Indonesia. Sehiga akan terkuak detail bentuk  peran dan kedudukan Tiga Raja Lombok Timur dan Peran Dewi Anjani di pulau Lombok.



C.  Cerita rakyat (foklor lisan)
Wiliam R. Basccos (Dalam Danandjaya, 1991:  50)  menjelaskan bahwa cerita rakyat adalah  foklor lisan yang berbebtuk perosa, disampikan secara lisan dengan tutur kata  dan di yakini oleh masyarakt pemiliknya secara turun-teemurun, Selanjutnya, jugak dikatakan bahwa cerita perosa rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu mite (myte), legenda (legend), dan dongeng (folktale)



2.      METODE PENELITIAN

A.  Pemilihan lokasi penelitian
Info  atau cerita yang saya dapat bukan dari penelitian namun dari mulut kemulut ibuk, bapak, keluarga, tetangga dan penduduk Sembalun, yang sering menceritakan tentang Kisah Doyan Nada di masa saya kanak-kanak, cerita ini pengantar tidur bagi anak-anak Lombok Timur dan Sembalun pada khususnya   dan di  saat saya besar seperti sekarang ini saya mencari tentang kebenaran cerita atau dongeng pada masa kecil saya itu, saya mencarinya di beberapa Media seperti Internet dan beberapa buku seperti Kumpulan Cerita Rakyat Nusan Tara.
Dan saya mendapatkan fakta ternyata cerita tersebut bukan hanya cerita rakyat Sembalun saja namun cerita rakyat Lombok Timur bahkan  daerah Sasak ini memiliki cerita tersebut. Dan saya mengumpulkan info-info atau cerita yang saya dengar dari masa kecil saya dan dari internet dan buku, saya membuat artikel ini melalui info tersebut.
B.  Fenentuan Informan
Dalam tugas artikel ini, informen di tentukan berdasarkan ingatan masalalu dan beberapa buku dan internet, namun tidak sampai disitu saja saya selaku penulis tugas artikel ini masih saja mencari informasi tentang adanya manusia pertama kali di Lombok ini dan tentang ceritanya Doyan Nada yang ada di Lombok ini, oleh karana itu saya berani mengangkat judul ini karna saya sudah mendengar cerita tersebut dari masa sya  kanak-kanak sapai saya dewasa ini, saya masih mencari tentang kebenaran cerita rakyat tersebut.
Dan ternyata bener adanya bahwa ada cerita tersebut di pulau Lombok ini bukan bohong belaka namun telah di bukukan dan di masukan ke media internet, untuk menjadi bukti bahwa adanya cerita tersebut.
C.  Teknik pengumpulan
Tekhnik yang digunakan dalam pengumpulan data membuat tugas artikel ini, demgan cara mengingat masakecil dan menanyakannya kembali kepada ibuk dan bapak saya, dan saya catet mengunakan buku tulis dan saya rekam mengunakan henpone.



D.  Teknik analisa data
Setelah pengumpulan data, dilakukan upaya penyimpulan atas analisis kualitatif atau nonstatistik berdasarkan pengingatan dan penelusuran berulang-ulang seperti yang di rekomendasikan geertz (1982: 99-100). Di samping itu, dalam tugas artikel ini juga di gunakan pendekatan gender analyisis yaitu melihat peran dewi anjani dan tiga raja di Lombok Timur dalam cerita rakyat nusantara.  Selanjutnya dalam tugas artikel ini juga digunakan pendekatan yang bersifat dekritif dalam bentuk uraian dari umum ke khusus menuju suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian (Nazir,1988;63) dan pengingatan memori masa kecil seperi bernostalgiya dan  menayakan kepada orang tua dan beberapa tokoh adat yang ada di Sembalun Lombok Timur.   



3.      HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Peran Dewi Anjani Dalam Cerita Rakyat Doyan Nada
Peran Dewi  Anjani di dalam mewujutkan amanat kakeknya yang menginginkan manusia untuk hidup di pulau Lombok ini, supaya tidak menjadi hutan belantara dan kotor di ujutkanya, tetaapi butuh waktu yang cukup lama untuk meujutkan kemauan kakeknya itu dan pemikiran yang cukup lama, Dewi Anjani berpikir jikalau pulau ini di huni manusia apa tidak akan mencemarkan dan akan membuat pulau ini terkena Musibah, namun karena peringatan dari Pengawal dan banyak tokoh-tokoh lainya membuat hati Dewi Anjani pun terbuka untuk mengisi Pulau Lombok ini dengan Manusia. Hal itu,  bisa di cermati dari pada kutipan berikut ini.
Alkisah, saat belum mempunyai nama, Pulau Lombok masih berupa perbukitan yang dipenuhi hutan belantara dan belum dihuni manusia. Pulau ini hanya dihuni oleh ratu jin yang bernama Dewi Anjani didampingi seorang patih bernama Patih Songan. Dewi Anjani mempunyai banyak prajurit dari bangsa jin dan seekor burung peliharaan yang bernama Beberi. Burung itu berparuh perak dan berkuku baja yang sangat tajam. Dewi Anjani beserta para pengikutnya tinggal di puncak Gunung Anjani yang terdapat di pulau itu di daerah sembalun
Suatu hari, sepulang dari berkeliling mengitari seluruh daratan Pulau Lombok, Patih Songan datang menghadap kepada Dewi Anjani.  “Ampun, Tuan Putri! Izinkanlah hamba untuk menyampaikan sesuatu,” kata Patih Songan sambil memberi hormat.
“Kabar apa yang hendak kamu sampaikan, Patih? Katakanlah!” seru Dewi Anjani.
“Begini, Tuan Putri. Hamba baru saja selesai mengelilingi pulau ini. Hamba melihat pulau ini semakin penuh dengan pepohonan. Maka itu, Hamba menyarankan agar Tuan Putri segera memenuhi pesan kakek Tuan Putri untuk mengisi pulau ini dengan manusia,” ungkap Patih Sangon.
Setelah itu Dewi Anjani mengutus para perajurintnya untuk menjadikan kaumnya menjdi manusia dan membuatkannya sebuah perkampungan lengkap dengan sawah dan rumah tempat mereka bersingah dan hidup selayaknya manusia, dibutlah jin menjadi manusia, jin tersebuat termasuk ayahnya Doyan Nada, yang menjabat sebagai kepala suku di kampong tersebut. Hal itu,  bisa di cermati dari pada kutipan berikut ini.
Setelah itu, Dewi Anjani segera mengubah sepuluh pasang suami istri dari prajuritnya menjadi manusia dan salah seorang di antaranya dijadikan sebagai kepala suku. Kesepuluh pasangan suami istri tersebut kemudian menetap di daerah itu dan hidup sebagai petani.

B.  Kejehatan Kepala Suku Pada Anaknya
Isteri sang kepala suku pun hamil dan melahirkan seorang anak yang bernama Doyan Nada, namun sang anak sangt doyan makn dan menghabiskan semua panenya sehingga membuat sang ayah marah dan merasa di rugikan mempunyai anak yang selalu memebutuhkan bnyak untuk makanya,
Membuat pikiran picik sang ayah, sang ayahpun mencoba untuk memebunuh Doyan Nada dengan berbagai cara di lakukan demi membunuh anaknya tersebut, namun Dewi Anjani selalu ada untuk membantu sang Doyan Nada,  sang anak mati suri 3 kali oleh sang ayah, tetapi dia selalu hidu, di hidpkan oleh Dewi Anjani. Beberapa kutipan dari cerita rakyat Dayan Nada sebagi berikut.
Sang istri tidak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah setelah mendengar penjelasan suaminya. Sementara itu, sang kepala suku segera menyusun rencana untuk menghabisi nyawa Doyan Nada. Pada esok harinya, ia mengajak anaknya ke hutan untuk menebang pohon besar. Tanpa merasa curiga sedikit pun, Doyan Nada menuruti saja ajakan sang ayah.
Setibanya di hutan, sang ayah memilih pohon yang paling besar dan segera menebangnya. Dengan sengaja ia mengarahkan pohon besar itu roboh ke tempat Doyan Nada berdiri. Begitu roboh, pohon besar itu menindih tubuh Doyan Nada hingga tewas seketika. Melihat anaknya tidak bernyawa lagi, sang ayah segera meninggalkan tempat itu.
Rupanya, Dewi Anjani menyaksikan semua peristiwa tersebut dari puncak Gunung Anjani.
“Beberi, cepat percikkan banyu urip (air hidup) ke tubuh Doyan Nada!” seru Dewi Anjani kepada burung peliharaannya.
C.  Kekuatan Doyan Nada Dalam Cerita Rakyat Nusantara Doyan Nada
Doyan Nada  adalah  seorang  anak   kepala  suku  di  daerah  selaparang  Lombok  Timur Nusa Tengara Barat Indonesia, dia sangat kuat dan sangat doyan makan seberapapun banyak makanan akan habis bila di depanya, maka dari itulah dia memiliki nama Doyan Nada dan memiliki tubuh yang sangat kekar dan sangat kuat.
Siapapun musuhnya akan takluk kalok bertemu denganya, seorang butu ijo pun pernah di taklukanya, dikala itu dia sedang mengebara karna di usir orang tuanya yang sudah tidak mampu untuk memberinya makanan. Hal itu,  bisa di cermati dari pada kutipan berikut ini.
Berhenti, hai raksasa tengik!” seru Doyan Nada, “Kembalikan dendeng yang kamu curi itu!”
“Hai, anak manusia! Menyingkirlah dari hadapanku, atau kamu akan kujadikan mangsaku!” ancam Limandaru.
“Aku tidak akan menyingkir sebelum kau serahkan dendeng itu kepadaku,” kata Doyan Nada.
Merasa ditantang, Limandaru menjadi marah dan langsung menyerang Doyan Nada. Tanpa diduga, ternyata anak kecil yang dihadapinya adalah seorang sakti mandraguna. Serangannya yang datang secara bertubi-tubi dapat dihindari oleh anak kecil itu dengan mudah. Karena kesal, Limandaru terus menyerang Doyan Nada dengan cara membabi buta. Namun begitu ia lengah, tiba-tiba sebuah tendangan keras dari Doyan Nada mendarat tepat di lambungnya. Tubuhnya yang besar itu pun terpelanting jauh dan terjatuh di tanah hingga tidak sadarkan diri.
D.  Pran Tameng Muter dan Sigar Panjahitan
   Tameng Muter      
          banyak orang yang berlomba-lomba untuk menjadi raja di pulau Lombok ini Tameng Muter termasuk orang yang ingin mempunyai kekuasaan di pulau Lombok ini, sangking ingnya menjadi raja di pulau ini dia bertapa selama 10 tahun, namun ahirnya terkabul setelah bertemu dengan seorang pengembara yakitu Doyan Nada dan dia pun menjadi raja di pejangik Lombok Timur.  Hal itu,  bisa di cermati dari kutipan berikut ini.
Suatu hari, ketika melewati sebuah hutan lebat, Doyan Nada dikejutkan oleh suara orang berteriak meminta tolong. Ia pun segera menolongnya. Rupanya, orang itu adalah seorang pertapa yang terlilit oleh akar beringin. Pertapa yang bernama Tameng Muter itu kemudian bercerita kepada Doyan bahwa dirinya sudah sepuluh tahun bertapa karena ingin menjadi raja di pulau itu. Akhirnya, mereka pun menjadi sahabat dan pergi mengembara tanpa arah dan tujuan.


  Singar Panjahitan
          Dia adah seorang pengelana namun sama tujuanya dengan  Tameng Muter ingin menjadi raja di pulau Lombok ini, dia jugak betapa, namun dia bertapa cukup lama lebih lama dari pada Tameng.
          Panjahitan bertapa selama 12 tahun tetapi blm jugak menjadai raja, perjalanan hidupnya hamper sama dengan tameng, tetapi setelah bertemu dengan seorang pengelana yatu Doyan Nada. Diapun menjadi raja di daerah sembalun Lombok Timur. Berikut beberapa kutipan yang bisa di cermati.
Dalam perjalanan mereka menemukan seorang pertapa yang dililit oleh akar beringin yang sangat besar. Pertapa yang bernama Sigar Penjalin itu sudah dua belas tahun bertapa karena ingin juga menjadi raja di Pulau Lombok. Akhirnya, ketiga orang tersebut bersahabat dan pergi mengembara bersama-sama.
  Doyan Nada, Tameng muter  dan  Sangar Pajahitan
          Ketiga orang ini menjadi sahabat dan mereka menemukan bidadri di dalam gua dan dinikahi dan ketiga sahabt ini menjadi raja di desa yang merka inginkan, yaitu desa-desa Selaparang, Sembalun dan pejangik. berikut beberapa cuplikan tersebut.

Doyan Nada bersama kedua sahabatnya masuk ke dalam gua. Betapa terkejutnya mereka ketika mendapati tiga orang putri cantik yang menjadi tawanan Limandaru. Ketiga putri tersebut adalah putri dari Madura, Majapahit, dan Mataram. Akhirnya, Doyan Nada menikahi putri dari Majapahit, Tameng Muter menikahi putri dari Mataram, dan Sigar Penjalin menikahi putri dari Madura.
Setelah itu, ketiga sahabat tersebut masing-masing mendirikan kerajaan di pulau tersebut. Doyan Nada mendirikan kerajaan di Selaparang tempat kelahirannya, Tameng Muter mendirikan kerajaan di Penjanggi, sedangkan Sigar Penjalin mendirikan kerajaan di Sembalun. Mereka mempimpin kerajaan masing-masing dengan arif dan bijaksana.



4.      KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Dewi  Anjani adalah seorang dewi yang memiliki hati yang sangat mulia dan dia adalah satu-satunya putri yang menjabat sebagai futri kerajaan yang ada di gunung Rinjani mukin dia masih hidup sampai sekarang, banyak orang yang pernah melihatnya tapi aku ngak tau bener atau tidaknya.
Dan doyan nada seorang peria sejati dan selalu tegar menghadapi segala cobaan dari yang maha kuasa. Namun dengan ketulusan hati menjalani hidup dan cobaan dari Allah dia berhasil menjadi seorang raja dan kedua temanya. Mereka menikah dengan Futri-futi raja dari berbagai kerajaan di Nusan Tengara ini dalam Cerita Rakyat Nusantara di Lombok.
B.   Saran
          Kita sebagai masarakat pennghuni pulau ini dan pemerintah, seharusnya menjaga semua kariya dan budaya yang ada di pulau ini dan di aflikasikan kepada masarakat supaya tetap terjaga kelestraianya.
Budaya sasak mulai sedikit demi sedikit sudah punah karena tidak ada perhatian dan kesadaran kita dan pemerintah untuk melestarikan budaya sasak di semua daerah di Lombok ini.



DAFTAR PUSTAKA

Intiana, Siti Rohana Hariana. Dan  Sudirman William. 2001. Struktur dan Fungsi     Takhayul Sasak. Mataram: FKIP Unram.
Wacana, Lalu. 1983, Nyale di Lombok. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Danandjaya,James. 1984. Foklor Indonesia. Jakarta: PT Grafiti Pers.
Sapiin dkk. 1997. Struktur dan Fungsi Lelakaq dalam Masarakat Sasak di Lombok. Mataram : FKIP Universitas Mataram
Nazir, Moh.1988. Metode Penuliasan Artikel. Jakarta: Ghlia Indonesia.
Rahimsyah. M.B. 2004. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Solo:
Greisinda press.










KISAH DOYAN NADA
          Doyan Nada adalah putra seorang kepala suku di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Sejak kecil, ia memiliki tabiat yang kurang disukai oleh ayahnya yaitu sangat kuat makan. Oleh karena tidak sanggup lagi memberinya makan, sang ayah pun berniat untuk membinasakannya. Bagaimana nasib Doyan Nada selanjutnya? Ikuti kisahnya dalam cerita Doyan Nada berikut ini!
Alkisah, saat belum mempunyai nama, Pulau Lombok masih berupa perbukitan yang dipenuhi hutan belantara dan belum dihuni manusia. Pulau ini hanya dihuni oleh ratu jin yang bernama Dewi Anjani didampingi seorang patih bernama Patih Songan. Dewi Anjani mempunyai banyak prajurit dari bangsa jin dan seekor burung peliharaan yang bernama Beberi. Burung itu berparuh perak dan berkuku baja yang sangat tajam. Dewi Anjani beserta para pengikutnya tinggal di puncak Gunung Rinjani yang terdapat di pulau itu di daerah sembalun.
Suatu hari, sepulang dari berkeliling mengitari seluruh daratan Pulau Lombok, Patih Songan datang menghadap kepada Dewi Anjani.
“Ampun, Tuan Putri! Izinkanlah hamba untuk menyampaikan sesuatu,” kata Patih Songan sambil memberi hormat.
“Kabar apa yang hendak kamu sampaikan, Patih? Katakanlah!” seru Dewi Anjani.
“Begini, Tuan Putri. Hamba baru saja selesai mengelilingi pulau ini. Hamba melihat pulau ini semakin penuh dengan pepohonan. Maka itu, Hamba menyarankan agar Tuan Putri segera memenuhi pesan kakek Tuan Putri untuk mengisi pulau ini dengan manusia,” ungkap Patih Sangon.
“Oh, iya, terima kasih Patih telah mengingatkanku mengenai amanat itu,” ucap Dewi Anjani, “Baiklah kalau begitu, besok temani aku untuk mencari tempat yang cocok dijadikan lahan pertanian oleh manusia yang akan menghuni pulau ini!”
“Baik, Tuan Putri!” jawab Patih Sangon.
Keesokan hari, Dewi Anjani bersama Patih Songan dan Beberi menjelajahi seluruh wilayah daratan pulau tersebut. Setelah menemukan tempat yang cocok, Dewi Anjani segera memerintahkan Beberi untuk menebang pepohonan yang tumbuh sesak dan berdesak-desakan di sekitar tempat itu.
Beberi pun segera melaksanakan perintah tuannya. Dengan paruh dan kukunya yang tajam, ia mampu menyelesaikan tugas itu dengan mudah. Setelah itu, Dewi Anjani segera mengubah sepuluh pasang suami istri dari prajuritnya menjadi manusia dan salah seorang di antaranya dijadikan sebagai kepala suku. Kesepuluh pasangan suami istri tersebut kemudian menetap di daerah itu dan hidup sebagai petani.
Setelah beberapa lama menetap di sana, istri sang kepala suku melahirkan seorang bayi laki-laki yang ajaib. Begitu terlahir ke dunia, ia langsung dapat berjalan dan berbicara, serta dapat menyuapi dirinya sendiri. Selain itu, bayi ajaib itu sangat kuat makan. Sekali makan, ia dapat menghabiskan dua bakul nasi beserta lauknya. Maka sebab itulah, kedua orang tua dan orang-orang memanggilnya Doyan Nada. Dalam bahasa setempat, kata Doyan Nada merupakan julukan yang biasa diberikan kepada orang yang kuat makan.
Semakin besar Doyan Nada semakin kuat makan sehingga kedua orang tuanya tidak sanggup lagi memberinya makan. Oleh karena itu, sang ayah berniat untuk menyingkirkannya.
“Bu, anak kita harus segera disingkirkan dari rumah ini. Jika tidak, kita akan mati kelaparan,” kata kelapa suku.
“Tapi, Yah. Bukankah Doyan Nada anak kita satu-satunya?”
“Iya, Ibu benar. Tapi, hanya inilah satu-satunya cara untuk menyelamatkan hidup kita,” jawab sang kepala suku.
Sang istri tidak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah setelah mendengar penjelasan suaminya. Sementara itu, sang kepala suku segera menyusun rencana untuk menghabisi nyawa Doyan Nada. Pada esok harinya, ia mengajak anaknya ke hutan untuk menebang pohon besar. Tanpa merasa curiga sedikit pun, Doyan Nada menuruti saja ajakan sang ayah.
Setibanya di hutan, sang ayah memilih pohon yang paling besar dan segera menebangnya. Dengan sengaja ia mengarahkan pohon besar itu roboh ke tempat Doyan Nada berdiri. Begitu roboh, pohon besar itu menindih tubuh Doyan Nada hingga tewas seketika. Melihat anaknya tidak bernyawa lagi, sang ayah segera meninggalkan tempat itu.
Rupanya, Dewi Anjani menyaksikan semua peristiwa tersebut dari puncak Gunung Rinjani.
“Beberi, cepat percikkan banyu urip (air hidup) ke tubuh Doyan Nada!” seru Dewi Anjani kepada burung peliharaannya.
Mendengar perintah tuannya, Beberi segera terbang melesat menuju ke tempat Doyan Nada tertindih pohon besar dengan membawa banyu urip. Konon, banyu urip itu berkhasiat untuk menghidupkan kembali orang yang telah meninggal. Setelah banyu urip itu dipercikkan ke seluruh tubuhnya, Doyan Nada pun hidup kembali. Begitu sadar, ia langsung berteriak memanggil ayahnya.
“Ayah… Ayah… tolong aku! Pohon besar ini menindih tubuhku!”
Beberapa kali Doyan Nada berteriak, namun tidak ada jawaban. Akhirnya, ia mencoba untuk melepaskan tubuhnya dari tindihan kayu besar itu. Semula, ia mengira bahwa dirinya tidak akan mungkin mampu menggerakkannya. Namun tanpa diduga, ia dapat melakukannya dengan mudah. Ternyata, Dewi Anjani telah memberikan kekuatan yang luar biasa kepadanya.
Setelah terbebas, Doyan Nada kemudian membawa pulang kayu besar itu dan meletakkannya di depan rumah.
“Ayah… Ibu… aku pulang!” teriaknya, “Kayu yang Ayah tebang tadi aku letakkan di sini.”
Mendengar teriakan itu, sang ayah segera berlari keluar rumah. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat Doyan Nada masih hidup. Lebih terkejut lagi ketika ia mengetahui anaknya itu mampu mengangkat sebuah kayu besar.
“Ayah, kenapa Ayah meninggalkanku seorang diri di tengah hutan?” tanya Doyan Nada.
Sang ayah tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak untuk mencari-cari alasan agar niat jeleknya tidak diketahui oleh Doyan Nada.
“Maafkan Ayah, Nak! Ayah tidak bermaksud meninggalkanmu. Tadi Ayah mengira kamu sudah meninggal. Ayah sudah berusaha untuk menolongmu, tapi Ayah tidak kuat mengangkat kayu besar yang menindihmu itu,” jawab sang ayah dengan penuh alasan.
Doyan Nada langsung percaya saja pada kata-kata ayahnya. Ia kemudian masuk ke dalam rumah untuk mencari makanan karena sudah kelaparan. Nasi dua bakul beserta lauk yang telah dihindangkan untuk makan siang mereka bertiga habis semua dilahapnya. Sang ayah semakin kesal melihat perilaku Doyan Nada. Ia pun mencari cara lain untuk membinasakannya.
Keesokan hari, sang ayah mengajak anaknya untuk memancing ikan di sebuah lubuk yang besar dan dalam. Ketika Doyan Nada sedang asyik memancing, diam-diam sang ayah mendorong sebuah batu besar yang berada di belakang Doyan Nada. Batu besar itu menindih tubuh Doyan Nada hingga tewas seketika. Dewi Anjani yang melihat peristiwa tersebut kembali menolongnya hingga ia dapat hidup kembali.
Ketika sadar, Doyan Nada tidak melihat lagi ayahnya sedang memancing di lubuk itu. Sejak itulah, ia mulai curiga kepada ayahnya yang sengaja untuk mencelakai dirinya. Dengan perasaan kesal, ia membawa pulang batu besar itu. Sesampai di halaman rumah, dibantinglah batu besar itu di hadapan ayahnya. Konon, sejak itu, kampung Doyan Nada kemudian dinamakan Sela Parang. Kata sela berarti batu, sedangkan kata parang berarti besar atau kasar.
Meskipun niat jeleknya telah diketahui Doyan Nada, sang ayah tetap saja berniat untuk menghabisi nyawa anaknya itu dengan berbagai cara. Sementara itu, sang ibu yang tidak tahan lagi melihat kelakuan suaminya menganjurkan anak semata wayangnya itu untuk pergi mengembara. Doyan Nada pun menuruti nasehat ibunya. Dengan bekal dendeng secukupnya, ia pergi mengembara dengan menyusuri hutan belantara tanpa arah dan tujuan.
Suatu hari, ketika melewati sebuah hutan lebat, Doyan Nada dikejutkan oleh suara orang berteriak meminta tolong. Ia pun segera menolongnya. Rupanya, orang itu adalah seorang pertapa yang terlilit oleh akar beringin. Pertapa yang bernama Tameng Muter itu kemudian bercerita kepada Doyan bahwa dirinya sudah sepuluh tahun bertapa karena ingin menjadi raja di pulau itu. Akhirnya, mereka pun menjadi sahabat dan pergi mengembara tanpa arah dan tujuan.
Dalam perjalanan mereka menemukan seorang pertapa yang dililit oleh akar beringin yang sangat besar. Pertapa yang bernama Sigar Penjalin itu sudah dua belas tahun bertapa karena ingin juga menjadi raja di Pulau Lombok. Akhirnya, ketiga orang tersebut bersahabat dan pergi mengembara bersama-sama.
Pada suatu siang, mereka sedang beristirahat di bawah sebuah pohon rindang di tengah hutan. Ketika mereka sedang tertidur pulas, sesosok raksasa yang bernama Limandaru mendekati mereka. Raksasa itu hendak mencuri dendeng bekal Doyan Nada. Setelah mengambil dendeng itu, Limandaru segera melarikan diri. Namun, suara langkah kakinya yang keras membangunkan ketiga orang sahabat tersebut. Doyan Nada dan kedua sahabatnya segera mengejar raksasa itu hingga ke tempat persembunyiannya di sebuah gua di daerah Sekaroh.
Ketika Limandaru hendak masuk ke dalam gua, Doyan Nada segera mencegatnya.
“Berhenti, hai raksasa tengik!” seru Doyan Nada, “Kembalikan dendeng yang kamu curi itu!”
“Hai, anak manusia! Menyingkirlah dari hadapanku, atau kamu akan kujadikan mangsaku!” ancam Limandaru.
“Aku tidak akan menyingkir sebelum kau serahkan dendeng itu kepadaku,” kata Doyan Nada.
          Merasa ditantang, Limandaru menjadi marah dan langsung menyerang Doyan Nada. Tanpa diduga, ternyata anak kecil yang dihadapinya adalah seorang sakti mandraguna. Serangannya yang datang secara bertubi-tubi dapat dihindari oleh anak kecil itu dengan mudah. Karena kesal, Limandaru terus menyerang Doyan Nada dengan cara membabi buta. Namun begitu ia lengah, tiba-tiba sebuah tendangan keras dari Doyan Nada mendarat tepat di lambungnya. Tubuhnya yang besar itu pun terpelanting jauh dan terjatuh di tanah hingga tidak sadarkan diri.
          Melihat Limandaru tidak bernyawa lagi, Doyan Nada bersama kedua sahabatnya masuk ke dalam gua. Betapa terkejutnya mereka ketika mendapati tiga orang putri cantik yang menjadi tawanan Limandaru. Ketiga putri tersebut adalah putri dari Madura, Majapahit, dan Mataram. Akhirnya, Doyan Nada menikahi putri dari Majapahit, Tameng Muter menikahi putri dari Mataram, dan Sigar Penjalin menikahi putri dari Madura.
Setelah itu, ketiga sahabat tersebut masing-masing mendirikan kerajaan di pulau tersebut. Doyan Nada mendirikan kerajaan di Selaparang tempat kelahirannya, Tameng Muter mendirikan kerajaan di Penjanggi, sedangkan Sigar Penjalin mendirikan kerajaan di Sembalun. Mereka mempimpin kerajaan masing-masing dengan arif dan bijaksana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar